Sejarah Dinasti Abbasiyah
A. Latar Belakang berdirinya Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyyah merupakan keturunan dari Abbas bin
Abdul-Muththalib (566-652)
yang juga merupakan paman dari Nabi Muhammad, oleh karena itu mereka termasuk
ke dalam Bani Hasyim. Sedangkan Bani Umayyah yang merupakan salah satu kabilah
dalam Quraisy, bukan termasuk yang seketurunan dengan
Nabi.
Muhammad bin Ali,
cicit
dari Abbas
menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga
Bani Hasyim di Parsi
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan
ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750,
Abu al-Abbas al-Saffah
menang melawan pasukan Bani Umayyah dan
kemudian dilantik sebagai khalifah.
Khilafah Abbasiyah merupakan
kelanjutan dari khilafah
Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan Al-Abbas,
paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbas Rahimahullah. Dimana pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan
kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti
ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu
yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M).
Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan
Bani Abbas berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik menjadi 5
periode yaitu[1]:
1. Periode pertama (132 H/750 M-232
H/847 M), disebut periode pengaruh Tpersia petama.
2. Periode kedua (232 H/847 H-945 M),
masa pengruh Turki pertama.
3.
Periode ketiga (334 H/945 M-447
H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwih dalam pemerintah Bani Abbasiyah, dan
disebut juga masa pengaruh persia kedua.
4.
Periode keempat (447 H/945
M-590 H/194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan Khalifah
Abbasiyah, biasanya disebut dengan masa pengaruh turki kedua.
5.
periode kelima (590 H/1194
M-1258 M) masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tapi kekuasaannya
hanya efektif disekitar kota bagdad.
Jika dilihat dari konteks sosio-historis, ada beberapa faktor pendukung
yang melatar belakangi berdirinya Dinasty Abbasiyah, diantaranya [2]:
1.
Meningkatnya kekecewaan kaum
mawali terhadap penguasa Bani Umayyah
2.
Adanya kekecewaan dari kaum
agamawan terhadap pemerintah Bani Umayyah (hal ini karena perhatian penguasa
terhadap pengembangan agama sangat kurang)
3.
Adanya keinginan masyarakat
untuk memperoleh pemimpin kharismatik yang dapat menyelamatkan kehidupan
masyarakat
4.
Kebencian Alawiyyin terhadap
Bani Umayyah karena tindakan diluar batas, yakni:
Ø Mewajibkan para khatib Jumat untuk menghina, mencaci, dan melaknat
Ali bin Abi Thalib;
Ø Membunuh para pemimpin Alawiyyin (diantaranya Husein bin Ali bin Abi
Thali, Yahya bin Zaid, dan Abu Hasyim bin Muhammad bin Al Hanifah);
Ø Mengkhianati perjanjian Madain (perjanjian antara Muawiyah dan
Husein bin Ali)
5. Pemerintahan Khalifah Umar BIN Abdul Aziz
yang adil dan damai
B. Silsilah Bani Abbasiyah
1.
Abu abbas as-saffah.
132-136/749-754
2.
Abu ja'far al-mansur136-158/754-775
3.
abu abdillah Muhammad al mahdi.158-169/775-785
4.
Abu Muhammad musa al-hadi169-170/785-786
5.
Abu ja'far harunar-rasyid170-193/786-809
6.
abu musamuhammad al-amin193-198/809-813
7.
Abu ja'far-makmun (ibrahim ibnal-mahdi
dibagdad)
8.
Abu ishaq Muhammad al-mu'taksima
9.
Abu jakfar harunal-wasiq
10.
Abu fadl ja'faral-mutawakil
11.
Abu ja'far Muhammad al-muntasir
12.
Abu abbas ahmad al-musta'in
13.
Abu Abdullah Muhammad
al-mu'tazz
14.
Abu ishaq Muhammad al-muhtadi
15.
Abu abbas ahmad-mu'tamid
16.
Abu abbas ahmad al-mu'tadid
17.
Abu Muhammad ali al-muktafi
18.
Abu fadlja'far al-mu'tadir
19.
Abu mansur Muhammad al-qohir
20.
Abu abbas ahmad ar-radi
21.
Abu ishaqibrahim al-muttaqi
22.
Abu qosim Abdullah al-mustaqwi
23.
Abu qosim al-fadl almuti'
24.
Abu fadl abdul karimat-ta'i
25.
Abu abbas ahmad al-qohir
26.
Abu ja'far Abdullah al-qo'im
27.
Abu qosim Abdullah al-muqtadi
28.
Abu abbas ahmad al-mustazhir
29. Abu mansur al-fadl al-mustarsid
30.
Abu ja'far al-mansur ar-rasyid
31.
Abu abdhullah Muhammad
al-mu'tafi
32.
Abu muzafaral-mustanjid
33.
Abu Muhammad
al-hasanal-mustadi'
34.
Abu al-abbas ahmad an-nasir
35.
Abu nasr Muhammad as-zahir
36.
Abu ja'far almansur
al-mustansir
37.
Abu ahmad Abdullah al-musta'sim
C. Khalifah
Bani Abbasiyah yang Menonjol
Khalifah al-Manshur Rahimahullah berusaha menaklukkan
kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat,
dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut
adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia,
wilayah Coppadocia
dan Cicilia
pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan
Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berdamai
dengan kaisar Constantine
V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala
tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki
Khazar di Kaukasus, Daylami
di laut Kaspia, Turki
di bagian lain Oksus
dan India.
Pada masa al-Manshur
Rahimahullah pengertian khalifah kembali berubah.
Dia berkata, "Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya
adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)". Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke
generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah,
bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Disamping itu,
berbeda dari daulat Umayyah, khalifah-khalifah
Abbasiyah memakai "gelar tahta", seperti al-Manshur
adalah "gelar tahta"nya Sulthan Abu Ja'far. "gelar tahta"
itu lebih populer daripada nama yang sebenarnya.
Adapun kebijaksanaan yang dilakukannya pada dasarnya dapat
disimpulkan dalam tiga bidang, yaitu:
1. Pengaturan dan penertiban pemerintah. Menyusun
dan menertibkan administrasi pemerintahan, yang diatur dengan jelas mengenai
tanggung jawab, dan kerjasama para aparat, pemerintahan.
2. Pembinaan keamanan dan stabilitas dalam negeri. Pada masa
kepemerintahannya terjadi gejolak perselisihan dengan beberapa golongan, yaitu:
Ø Kelompok Abdullah bin Ali
Ø Abu Muslim Al Khurasani
Ø Kaum Alawiyah
3. Pembinaan politik luar negeri. Tindakan Al Mansur dalam politik luar
negeri, diantaranya:
Ø Serangan ke Byzantium
Ø Penaklukan ke Afrika
4. Membuat perjanjian kerjasama dengan Raja Pepyin, raja bangsa
Frank dalam menghadapi Abdurrahman yang berhasil mendirikan ker4ajaan Bani
Umayyah di Andalusia (138 H/ 757 M)
Khalifah Harun
Ar Rasyid (170-193 H/ 786-809 M)
Sebelum naik
tahta sebagai khalifah Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid telah dilatih oleh ayahnya Al-Hadi untuk memerintah di
Saifah Tahun 163 H. Setahun kemudian ia diberi tanggung jawab yang lebih besar
. Yakni memerintah wilayah Al-Anbar dan Afrika Utara, dan tahun 165 H. Ia
dilantik sebagai penguasa di Saifah lagi untuk menghadapi pertempuran yang
berkobar disana Tahun berikutnya, 166 H, ia dilantik sebagai putra mahkota yang
memegang kekuasaan Abbasiyah setelah Al-hadi saudaranya. Sepeninggal Al-Hadi
Tahun 170 HASr-Rasyid secara otomatis naik tahta. [3]Harun
Ar Rasyid lahir di Ray pada tahun 145 H, ayahnya bernama Al Mahdi dan ibunya
bernama Khaizuran.Harun Ar Rasyid resmi di angkat menjadi khalifah pada tahun
170 H. Masa kekhalifahannya ini merupakan puncak kegemilangan pemerintahan
Abbasiyah.
Kemajuan yang dicapai selain kekhalifahannya,
antara lain:
1). pembangunan
fisik yang sangat pesat:
Ø Bangunan-bangunan didirikan berdekatan
Ø Banyak mahligai dengan tanam-tanamannya yang indah serta perabot
rumah tangga yang mahal
Ø Istana Khuldi dikelilingi taman-taman yang subur, terdapat banyak
kebun yang luas
Ø Dibangun terusan anak-anak sungai
Ø Banyak berdiri vila-vila
Ø Berdirinya pabrik-pabrik
Ø Didirikannya gedung-gedung perguruan
Ø Didirikannya Baitul Hikmah
2.). Pembangunan bidang
ilmu pengetahuan dan seni
ü Terbitnya buku “seribu satu malam” yang dikarang oleh Mubasyir bin
Fathil
ü Lahirnya sarjana-sarjana mashur
ü Banyaknya seniman-seniman berbakat
ü Diciptakannya jam yang pertama di dunia
ü Diciptakannya sistem irigasi air yang baik
ü Terciptanya “mata air Zubaidah”
ü Khutub khanah (perpustakaan) diperbanyak
ü Dibangun menara peneropong bintang
3). kemajuan dalam bidang ekonomi dan sosial
Ø Didirikannya pabrik-pabrik
Ø Baghdad menjadi kota perdagangan yang
besar
Ø Sebagian baiya di Baitul Mal digunakan untuk menanggung biaya
narapidana dan pemberian sandang pangan pada musim panas dan dingin.
Khalifah Al Makmum
(198-218 H/ 813-833 M)
Nama lengkapnya adalah
Abdullah Abu Abbas Al Makmum, lahir pada tahun 170 H. ia diangkat menjadi
khalifah yang ke II di zaman Harun Ar Rasyid, menggantikan Khalifah Al Amin.
Al Makmum di kenal sebagai khalifah yang arif dan
bijaksana, berpengetahuan luas, baik dalam bidang agama, filsafat, dan
ilmu-ilmu lainnya. Beliau masih berdarah Persia, karena ibunya keturunan
Persia.
Kemajuan yang dapat dilihat dalam kekhalifahan Al
Makmum, dintaranya:
1.
Dibangunnya “Majelis
Munazharat”, suatu lembaga perkumpulan sarjana muslim membahas ilmu pengetahuan
2.
Dibentuk Korps Ulama
3. Adapun tokoh utama pada masa ini adalah:
Al Fazari, ahli astronomi. Abu Ali Al
Hasan bin Haitam, ahli optika. Ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria, ahli kimia.
Abul Hasan Ali Mas’udi, ahli geografi. Al Razi, Ibnu Sina, dan Al Faraby, ahli
kedokteran dan filosof. Abu Raihan Muhammad Al Baiquni, ahli fisika. Imam
Bukhori dan Imam Muslim, ahli hadits. Al Tabari, ahli tafsir. Ibnu Hisyam, ahli
sejarah
4. Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
1.
Berkembangnya Lembaga-lembaga Pendidikan Islam
Seperti Khuttab sebagai lembaga pendidikan dasar.
2. Pendidikan Rendah di Istana
3. Toko-toko kitab
4. Rumah – rumah para ulama (ahli ilmu
pengetahuan)
5. Majlis atau salon Kesusuateraan
6. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal
badawi)
7. Rumah sakit
8. Perpustakaan( Bitul hikmah)
9. Masjid
D. KEMAJUAN
PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
KEMAJUAN DINASTI
ABBASIYAH DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Diantara kemjuan dalam bidang sosial budaya adalah
terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial
masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan
kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan
bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan
bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu
pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah
seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota
dan lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan
kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara
banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Kemajuan juga
terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir seorang
sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al
Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka
masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh
terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus
bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan
lain-lainnya.
Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
KEMAJUAN DALAM BIDANG POLITIK DAN MILITER
Di antara perbedaan
karakteristik yang sangat mancolok antara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah
dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang
dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang
dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara
pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan
ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem
politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.Agar semua kebijakan militer
terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah
membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul jundi.
Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan
pertahanan keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas kenyataan polotik
militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi
pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan Dinasyi Abbasiyah
KEMAJUAN
DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Keberahasilan
umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik
pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang
memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi
kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan
tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui
bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya.
Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi
ini.Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu
pengetahaun, seperti Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain
adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H /
870-950 M ) dan lain-lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).
KEMAJUAN DALAM ILMU AGAMA ISLAM
Masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad (
750-1258 M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan
dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para ulama dan pemerintah
yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansia, kepada
para ulama. Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para ulama yang
ingin mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka
berusaha keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban
Islam. Dianata ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah
ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf
E.
Faktor Kemunduran Abbasiyah.
Faktor internal.
Faktor internal.
Di antara sebab-sebab kemunduran itu ialah
1.
hidup mewah yang terjadi pada
khalifah abbasiyah dan keluiarganya serta para pejabatnya karena harta kekayaan
yang melimpah dari hasil wilayah yang luas , ditambah lagi dengan industri
olahan yang melimapah dan taah yang subur.
Munculnya pertentangan antara arab dan ono arab, perselisihann muslim edan non muslim.
Munculnya pertentangan antara arab dan ono arab, perselisihann muslim edan non muslim.
2.
prpecahan di kalangan umat
Islam sendiri telah membawa situasi kehancuncuran dalam pemerintahan. Kondisi
tersebut diperburuk dengan lemahnya para khalifah, sehingga mereka berada
dibawah pengaruh para pengawalnya yang menguasai keadaan yang terdiri dari
orang-orang Turki.
3.
dinasti-dinasti yang
memerdekakan diri terhadap pemerintahan pusat, Bagdad. Bahkan dinasti-dinasti
seperti bani Umaiyah di Spanyol dan Fathimiyah di Afrika Utara dan Mesir
menjadi saingan Abbasiyah. Dinasti-dinasti independen di masa itu ialah:
Idrisiyah di Maroko, Rustamiyah, Aglabiyah, Ziriyyah dan Hamdaniyah,
Al-Murabhitun, Al-Muiwahuddun di Afrika Utara, Mesir dan Syiria dan masih
banyak yang lainnya
4.
Permusuhan
antara kelompok suku dan agama..
5.
Luasnya
wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukan.
6.
. Ketergantungan kepada tentara
bayaran.
Faktor Eksternal
1. Sebelum
kedatangan Hulag Khan, 656 m/ 1258 h di bagian barat wilayah dinasti Abbasiyah
telah terjadi Perang Salib. Selama terjadi Perang Salib di Bagad telah terjadi
kerusuhan ketika kerajaan mereka sedang terancam perang, mereka tidak menyadari
datangnya bahaya serangan bangsa Mongol.Akhirnya dari kekuasaan Abbasiyah ialah
ketika Bagdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimipin oleh Hulako Khan (
cucu Jengis Kahn). Ia adalah saudara Qubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga
ke Asia Tenggara dan saudara Mongke Khan yang menugaskan untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat Cina itu ke pangkuannyalagi. Bagdad di bumi
hanguskan dan di ratakan dengan tanah. Khalifah bani Abbasiyah yang terakhir
dengan keluarganya, al mutaksim di bunuh saat keluar bersama atau ditemabni
oleh tiga ratus penduduknya, ia menyerah tanapa syarat kepada hulago khan .
Kemudian hulago memerintahkan agar semuanya di bunuh , buku-buku yang terkumpul
di baitul hikmah di bakar dan di buang ke sungai tigris sehingga berubahlah
warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena
lunturan tinta-tintayang ada pada buku-bukuitu. Akibatnya berakhirlah kekuasaan
daulah abbasiayah.
2. Perang Salib yang
berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
3. Penyerbuan tentara Mongol
di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad.
4. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki dan
Persia, yang menimbulkan kecemburuan
bagi bangsa Arab murni.
F. Hikmah Mempelajari Sejarah Abbasiyah
1.
Mencintai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
2.
Tekad yang kuat
3.
Rajin beribadah
4.
Berani
5.
Dermawan
DAFTAR PUSTAKA
Syalabi. A. 2003. Sejarah
Kebudayaan Islam 3. Jakarta :
PT Pustaka Al-Husna Baru
Waty.W Montgomery. 1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya
http://amgy.wordpress.com/2008/02/11/sejarah-peradaban-islam-pada-zaman-dinasti-abbasiyah-di-bagdad/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah
http://tristiono.wordpress.com/2009/03/16/daulah-bani-umayyah
Marodi dkk. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam.
Semarang : PT Karya Toha Putra.
Amstrong Karen. 2002. Islam AShort History. Surabaya: Ikon Teralitera.
[1] Murodi, dkk. 1997.
Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : PT Karya Toha Putra
[3] Ali Mufrodi. 1997. Islam di kawasan Kebudayaan
Arab. Ciputat: Logos wacana Ilmu . 94