Header Ads

Sejarah Dinasti Abbasiyah

A.   Latar Belakang berdirinya Bani Abbasiyah
     Bani Abbasiyyah merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652) yang juga merupakan paman dari Nabi Muhammad, oleh karena itu mereka termasuk ke dalam Bani Hasyim. Sedangkan Bani Umayyah yang merupakan salah satu kabilah dalam Quraisy, bukan termasuk yang seketurunan dengan Nabi.
  Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah menang melawan pasukan Bani Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
  Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M).
Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik menjadi 5 periode yaitu[1]:
1.      Periode pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Tpersia petama.
2.      Periode kedua (232 H/847 H-945 M), masa pengruh Turki pertama.
3.      Periode ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwih dalam pemerintah Bani Abbasiyah, dan disebut juga masa pengaruh persia kedua.
4.      Periode keempat (447 H/945 M-590 H/194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut dengan masa pengaruh turki kedua.
5.      periode kelima (590 H/1194 M-1258 M) masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota bagdad.
Jika dilihat dari konteks sosio-historis, ada beberapa faktor pendukung yang melatar belakangi berdirinya Dinasty Abbasiyah, diantaranya [2]:
1.      Meningkatnya kekecewaan kaum mawali terhadap penguasa Bani Umayyah
2.      Adanya kekecewaan dari kaum agamawan terhadap pemerintah Bani Umayyah (hal ini karena perhatian penguasa terhadap pengembangan agama sangat kurang)
3.      Adanya keinginan masyarakat untuk memperoleh pemimpin kharismatik yang dapat menyelamatkan kehidupan masyarakat
4.      Kebencian Alawiyyin terhadap Bani Umayyah karena tindakan diluar batas, yakni:
Ø Mewajibkan para khatib Jumat untuk menghina, mencaci, dan melaknat Ali bin Abi Thalib;
Ø Membunuh para pemimpin Alawiyyin (diantaranya Husein bin Ali bin Abi Thali, Yahya bin Zaid, dan Abu Hasyim bin Muhammad bin Al Hanifah);
Ø Mengkhianati perjanjian Madain (perjanjian antara Muawiyah dan Husein bin Ali)
5.  Pemerintahan Khalifah Umar BIN Abdul Aziz yang adil dan damai
B.  Silsilah Bani Abbasiyah
1.      Abu abbas as-saffah. 132-136/749-754
2.      Abu ja'far al-mansur136-158/754-775
3.      abu abdillah Muhammad al mahdi.158-169/775-785
4.      Abu Muhammad musa al-hadi169-170/785-786
5.      Abu ja'far harunar-rasyid170-193/786-809
6.      abu musamuhammad al-amin193-198/809-813
7.      Abu ja'far-makmun (ibrahim ibnal-mahdi dibagdad)
8.      Abu ishaq Muhammad al-mu'taksima
9.      Abu jakfar harunal-wasiq
10.  Abu fadl ja'faral-mutawakil
11.  Abu ja'far Muhammad al-muntasir
12.  Abu abbas ahmad al-musta'in
13.  Abu Abdullah Muhammad al-mu'tazz
14.  Abu ishaq Muhammad al-muhtadi
15.  Abu abbas ahmad-mu'tamid
16.  Abu abbas ahmad al-mu'tadid
17.  Abu Muhammad ali al-muktafi
18.  Abu fadlja'far al-mu'tadir
19.  Abu mansur Muhammad al-qohir
20.  Abu abbas ahmad ar-radi
21.  Abu ishaqibrahim al-muttaqi
22.  Abu qosim Abdullah al-mustaqwi
23.  Abu qosim al-fadl almuti'
24.  Abu fadl abdul karimat-ta'i
25.  Abu abbas ahmad al-qohir
26.  Abu ja'far Abdullah al-qo'im
27.  Abu qosim Abdullah al-muqtadi
28.  Abu abbas ahmad al-mustazhir
29.  Abu mansur al-fadl al-mustarsid
30.  Abu ja'far al-mansur ar-rasyid
31.  Abu abdhullah Muhammad al-mu'tafi
32.  Abu muzafaral-mustanjid
33.  Abu Muhammad al-hasanal-mustadi'
34.  Abu al-abbas ahmad an-nasir
35.  Abu nasr Muhammad as-zahir
36.  Abu ja'far almansur al-mustansir
37.  Abu ahmad Abdullah al-musta'sim
C.  Khalifah Bani Abbasiyah yang Menonjol
    Khalifah al-Manshur Rahimahullah berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Pada masa al-Manshur Rahimahullah pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata, "Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)". Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Disamping itu, berbeda dari daulat Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar tahta", seperti al-Manshur adalah "gelar tahta"nya Sulthan Abu Ja'far. "gelar tahta" itu lebih populer daripada nama yang sebenarnya.
Adapun kebijaksanaan yang dilakukannya pada dasarnya dapat disimpulkan dalam tiga bidang, yaitu:
 1.  Pengaturan dan penertiban pemerintah. Menyusun dan menertibkan administrasi pemerintahan, yang diatur dengan jelas mengenai tanggung jawab, dan kerjasama para aparat, pemerintahan.
2. Pembinaan keamanan dan stabilitas dalam negeri. Pada masa kepemerintahannya terjadi gejolak perselisihan dengan beberapa golongan, yaitu:
Ø Kelompok Abdullah bin Ali
Ø Abu Muslim Al Khurasani
Ø Kaum Alawiyah
3.  Pembinaan politik luar negeri. Tindakan Al Mansur dalam politik luar negeri, diantaranya:
Ø Serangan ke Byzantium
Ø Penaklukan ke Afrika
4. Membuat perjanjian kerjasama dengan Raja Pepyin, raja bangsa Frank dalam menghadapi Abdurrahman yang berhasil mendirikan ker4ajaan Bani Umayyah di Andalusia (138 H/ 757 M)
   Khalifah Harun Ar Rasyid (170-193 H/ 786-809 M)
     Sebelum naik tahta sebagai khalifah Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid telah dilatih  oleh ayahnya Al-Hadi untuk memerintah di Saifah Tahun 163 H. Setahun kemudian ia diberi tanggung jawab yang lebih besar . Yakni memerintah wilayah Al-Anbar dan Afrika Utara, dan tahun 165 H. Ia dilantik sebagai penguasa di Saifah lagi untuk menghadapi pertempuran yang berkobar disana Tahun berikutnya, 166 H, ia dilantik sebagai putra mahkota yang memegang kekuasaan Abbasiyah setelah Al-hadi saudaranya. Sepeninggal Al-Hadi Tahun 170 HASr-Rasyid secara otomatis naik tahta. [3]Harun Ar Rasyid lahir di Ray pada tahun 145 H, ayahnya bernama Al Mahdi dan ibunya bernama Khaizuran.Harun Ar Rasyid resmi di angkat menjadi khalifah pada tahun 170 H. Masa kekhalifahannya ini merupakan puncak kegemilangan pemerintahan Abbasiyah.
     Kemajuan yang dicapai selain kekhalifahannya, antara lain:
1).  pembangunan fisik yang sangat pesat:
Ø    Bangunan-bangunan didirikan berdekatan
Ø    Banyak mahligai dengan tanam-tanamannya yang indah serta perabot rumah tangga yang mahal
Ø    Istana Khuldi dikelilingi taman-taman yang subur, terdapat banyak kebun yang luas
Ø    Dibangun terusan anak-anak sungai
Ø    Banyak berdiri vila-vila
Ø    Berdirinya pabrik-pabrik
Ø    Didirikannya gedung-gedung perguruan
Ø    Didirikannya Baitul Hikmah
2.).  Pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan seni
ü  Terbitnya buku “seribu satu malam” yang dikarang oleh Mubasyir bin Fathil
ü  Lahirnya sarjana-sarjana mashur
ü  Banyaknya seniman-seniman berbakat
ü  Diciptakannya jam yang pertama di dunia
ü  Diciptakannya sistem irigasi air yang baik
ü  Terciptanya “mata air Zubaidah”
ü  Khutub khanah (perpustakaan) diperbanyak
ü  Dibangun menara peneropong bintang
3). kemajuan dalam bidang ekonomi dan sosial
Ø    Didirikannya pabrik-pabrik
Ø    Baghdad menjadi kota perdagangan yang besar
Ø    Sebagian baiya di Baitul Mal digunakan untuk menanggung biaya narapidana dan pemberian sandang pangan pada musim panas dan dingin.
Khalifah Al Makmum (198-218 H/ 813-833 M)
Nama lengkapnya adalah Abdullah Abu Abbas Al Makmum, lahir pada tahun 170 H. ia diangkat menjadi khalifah yang ke II di zaman Harun Ar Rasyid, menggantikan Khalifah Al Amin.
Al Makmum di kenal sebagai khalifah yang arif dan bijaksana, berpengetahuan luas, baik dalam bidang agama, filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau masih berdarah Persia, karena ibunya keturunan Persia.
Kemajuan yang dapat dilihat dalam kekhalifahan Al Makmum, dintaranya:
1.      Dibangunnya “Majelis Munazharat”, suatu lembaga perkumpulan sarjana muslim membahas ilmu pengetahuan
2.      Dibentuk Korps Ulama
3.   Adapun tokoh utama pada masa ini adalah:
  Al Fazari, ahli astronomi. Abu Ali Al Hasan bin Haitam, ahli optika. Ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria, ahli kimia. Abul Hasan Ali Mas’udi, ahli geografi. Al Razi, Ibnu Sina, dan Al Faraby, ahli kedokteran dan filosof. Abu Raihan Muhammad Al Baiquni, ahli fisika. Imam Bukhori dan Imam Muslim, ahli hadits. Al Tabari, ahli tafsir. Ibnu Hisyam, ahli sejarah

4.  Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
1.      Berkembangnya Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Seperti Khuttab sebagai lembaga pendidikan dasar.
      2.   Pendidikan Rendah di Istana
      3.   Toko-toko kitab
4.   Rumah – rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
5.  Majlis atau salon Kesusuateraan
6.  Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badawi)
7.  Rumah sakit
8.  Perpustakaan( Bitul hikmah)
9.  Masjid
D.  KEMAJUAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
   KEMAJUAN DINASTI ABBASIYAH DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Diantara kemjuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
 Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidang –bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.
KEMAJUAN DALAM BIDANG POLITIK DAN MILITER
  Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok antara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas kenyataan polotik militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banayak terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasyi Abbasiyah
KEMAJUAN DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN
  Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini.Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-lain.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).
KEMAJUAN DALAM ILMU AGAMA ISLAM
  Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansia, kepada para ulama. Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam. Dianata ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf
E.  Faktor  Kemunduran  Abbasiyah.

   
Faktor internal.

Di antara sebab-sebab kemunduran itu ialah
1.        hidup mewah yang terjadi pada khalifah abbasiyah dan keluiarganya serta para pejabatnya karena harta kekayaan yang melimpah dari hasil wilayah yang luas , ditambah lagi dengan industri olahan yang melimapah dan taah yang subur.
Munculnya pertentangan antara arab dan ono arab, perselisihann muslim edan non muslim.
2.        prpecahan di kalangan umat Islam sendiri telah membawa situasi kehancuncuran dalam pemerintahan. Kondisi tersebut diperburuk dengan lemahnya para khalifah, sehingga mereka berada dibawah pengaruh para pengawalnya yang menguasai keadaan yang terdiri dari orang-orang Turki.
3.        dinasti-dinasti yang memerdekakan diri terhadap pemerintahan pusat, Bagdad. Bahkan dinasti-dinasti seperti bani Umaiyah di Spanyol dan Fathimiyah di Afrika Utara dan Mesir menjadi saingan Abbasiyah. Dinasti-dinasti independen di masa itu ialah: Idrisiyah di Maroko, Rustamiyah, Aglabiyah, Ziriyyah dan Hamdaniyah, Al-Murabhitun, Al-Muiwahuddun di Afrika Utara, Mesir dan Syiria dan masih banyak yang lainnya
4.        Permusuhan antara kelompok suku dan agama..
5.        Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
6.        . Ketergantungan kepada tentara bayaran.
    Faktor Eksternal
1.  Sebelum kedatangan Hulag Khan, 656 m/ 1258 h di bagian barat wilayah dinasti Abbasiyah telah terjadi Perang Salib. Selama terjadi Perang Salib di Bagad telah terjadi kerusuhan ketika kerajaan mereka sedang terancam perang, mereka tidak menyadari datangnya bahaya serangan bangsa Mongol.Akhirnya dari kekuasaan Abbasiyah ialah ketika Bagdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimipin oleh Hulako Khan ( cucu Jengis Kahn). Ia adalah saudara Qubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara dan saudara Mongke Khan yang menugaskan untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat Cina itu ke pangkuannyalagi. Bagdad di bumi hanguskan dan di ratakan dengan tanah. Khalifah bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, al mutaksim di bunuh saat keluar bersama atau ditemabni oleh tiga ratus penduduknya, ia menyerah tanapa syarat kepada hulago khan . Kemudian hulago memerintahkan agar semuanya di bunuh , buku-buku yang terkumpul di baitul hikmah di bakar dan di buang ke sungai tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta-tintayang ada pada buku-bukuitu. Akibatnya berakhirlah kekuasaan daulah abbasiayah.
2.  Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
3.  Penyerbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang menghacur leburkan kota Baghdad.
4.  Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki dan Persia, yang menimbulkan   kecemburuan bagi bangsa Arab murni.

F.  Hikmah Mempelajari Sejarah Abbasiyah
1.      Mencintai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2.      Tekad yang kuat
3.      Rajin beribadah
4.      Berani
5.      Dermawan


DAFTAR PUSTAKA

Syalabi. A. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam 3. Jakarta : PT Pustaka Al-Husna Baru
Waty.W Montgomery. 1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya

http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah

http://tristiono.wordpress.com/2009/03/16/daulah-bani-umayyah

Marodi dkk. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : PT Karya Toha Putra.

Amstrong Karen. 2002. Islam AShort History. Surabaya: Ikon Teralitera.

   






[1] Murodi, dkk. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : PT Karya Toha Putra
[3] Ali Mufrodi. 1997. Islam di kawasan Kebudayaan Arab. Ciputat: Logos wacana Ilmu . 94

Comments
0 Comments

No comments

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.