Header Ads

Budaya Pop Semakin Jadi Kiblat

Kehidupan modern dewasan ini gampang membius anak muda berstatus pelajar, yang masih diduduk di lembaga pendidikan dasar, tengah maupun perguruan tinggi. Menurut Sarlito Wirawan bahwa sejumlah anak muda, gaya hidup enak dengan segala kemudahannya, suda menjadi kebiasaan yang makin lama makin mengikat. Di antara pelajara yang mulanya dari desa, yang bericata-cita ingin belajar dengan rajin, jadi kader militan, dan bisa menuntaskan obsesnya di bidang pendidikan akhirnya tergoda oleh perubahan budaya yang bercorak revolutif pragmatis, asal memuaskan , menyenangkan, dan serba instan.
Sebenarnya kaum muda (pelajar) menjadi korban desakan kepentingan budaya. Bagi sekelompok pedagang budaya ini, prinsip yang ia tegakkan adalah berlaku teori ekonomi yaitu mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa menghitung dampa yang ditimbulkannya.
Di mata produsen budaya, urusan dampak diserahkan sepenuhnya kepada konsumemnya, mau ikut model pergerseran budaya atau ditdak, mau tertidur lelap dalam penyakit budaya atau mau tetap terjaga sebagai generasi bermoral yang tidak menerima dicekoko dan diperbudak, maka konsumenlah yang punya hak-hak memilih, menentukan, dan hak untuk berkiblat atau menjadikannya sebagai sumber pujaan menerus.
Ada kecendrungan kuat, bahwa melalui budaya pop yang menanggalkan dan menjelanjangi nilai-nilai moral, bahkan dikemas dengna model pembusukan nilai, kalangan produsen budaya berkaratker ini sedang atau terus berusaha untuk menjebak dan menjerumuskan anak-anak muda berstatus pelajar menjadi apa yang disebut masyarakat budak, suatu bangunan yang didalamnya hidup sekumpulan anak muda yang menjadi korban model, yang mambuk perubahan, namun gagal menempatkan moral, etika dan agama dalam perubahan itu sebagai pondasinya. (PIS/177-178)
Sebagai contoh yang nyata beberapa lalu di Indonesia kedatangan artis dari luar negeri, para fans yang rata-rata berstatus pelajar harus rela menunggu siang-malam antri untuk mendapat tiket masuk. Dari kejadian tersebut dapat dilihat bahwa Kesadaran anak muda/pelajar ternyata masih didominasi oleh kepentingan pragmatis yang semu.
Menghadapi budaya pop, yang mengandung atau mewarkan gaya hidup jauh dari kualitas dan menawarkan penyak berbentuk perilaku penyimpanagan di kalangan anak muda pelajar, jelas demikian ini mengujudi keberdayaa moralitas Islam. Trasnformasi dan gerakan pembumian moralitas islam mendapat tantangna yang tidak dianggap ringan.
Banjir budaya pop menjadi tantangan serius bagi kalangan penyelenggara pendidikan dan anak didik dalam menegakkan, mempertahankan, dan mengembangkan moralitas islam. Kehadirannya memang sulit dibendung, tetapi tetap bisa dilawan dan dikalahkan oleh penyelenggara pendidikan dan anak didik yang serius menjadi pilar dan pendakwah moralitas islam (PIS/180-181)
Comments
0 Comments

No comments

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.