Header Ads

Dikotomi Tahun Hijriyah dan Masehi perlukah?

Perbedaan perjalanan peradaban sejarah manusia menimbulkan berbagai macam hasil karya. Manusia diberikan kemampuan yang unik dengan makhluk Tuhan lainnya. Keunikan manusia yaitu Tuhan memberikan manusia akal pikiran menghasilkan pengetahuan agar manusia dapat menafakkuri atas ciptaan-Nya baik yang tertulis maupun tidak tertulis. begitu pula adanya penciptaan bulan dan matahari guna untuk kelangsungan hidup manusia dengan itu pula manusia dapat menghasilkan pengetahuan tentang alam semesta.
Dalam kehidupan manusia dibimbing oleh wahyu yaitu suatu ajaran yang diturunkan Tuhan agar dapat menyeimbangkan hidup. Wahyu tersebut adalah ajaran agama. Agama hakikatnya untuk manusia itu sendiri agar dalam mengarungi kehidupan tidak terbawa arus kehinaan.

Pengetahuan manusia tentang alam semesta semestinya dibarengi dengan pemahaman agama yang universal agar tidak terjadi penyimpangan. Tuhan menciptakan bulan dan matahari memberikan upaya kepada manusia untuk membuat karyanya yaitu Tahun. Kalau kita lihat dari sudut sejarah berbedaan munculnya istilah tahun Hijriyah dan Masehi begitu mencolok. Ada suatu ungkapan bahwa tahun Hijriyah itu tahunnya orang Muslim sedangkan Tahun Masehi tahunnya orang non muslim. Ungkapan tersebut barangkali cukup beralasan kalau kita tilik dari segi sejarah lahirnya istilah dua nama macam tahun itu. Disebutkan pula ada istilah yaitu Tahun Matahari dan Tahun Bulan. Tahun Matahari itu dikenal dengan Tahun Masehi. Tahun matahari ditemukan oleh orang-orang Romawi, maka nama-nama bulannya dengan bahasa mereka/latin, bahkan ada beberapa bulan mengabadikan nama Kaisar mereka seperti Juli (dari Julianus) dan Agustus (dari Agustinus). Sedangkan tahun Bulan itu dikenal dengan Tahun Hijriyah yang ditemukan oleh orang Arab, maka nama-nama bulannya dengan bahasa Arab. Dalam bahasa al-Qur’an dikenal dengan istilah Tahun Syamsiyah (matahari) dan tahun Qomariyah (Bulan).
Hakikat tahun sesungguhnya terkait dengan waktu. Dalam kitab suci al-Qur’an tercatat cukup banyak yang bersentuhan dengan term waktu. Anjuran untuk memperhatikan tentang waktu itu. Dahulu sebelum ditemukannya jam, masyarakat itu memanfaatkan matahari dan bulan selain dapat membedakan siang dan malam dapat pula untuk menentukan jadwal. Semakin perkembangan zaman ditemukanlah nama istilah kalender.
Dalam kalender tahun masehi diawali dengan bulan januari sedangkan tahun hijriyah diawali dengan bulan muharram. Dalam hal ini nama-nama bulan terdapat perbedaan, sebagaiman penjelasan di atas. Kemiripan dalam 2 nama tahun itu adalah jumlah bulan tahun matahari (Syamsiyah) ada kesamaan dengan jumlah bulan tahun bulan (Qamariyah). Dalam al-Qur’an surah At-Taubah:36 berkenaan dengan jumlah bilangan bulan yaitu 12.
Terkait dengan fenomena menyikapi menyambut tahun baru hijriyah dengan Masehi yang sangat kondradiktif. Kenapa ini bisa terjadi. Oleh karena itu, Timbul dalam pikiran saya untuk menelorkan pernyataan yaitu perlukah pendikotomian Tahun Hijriyah dengan Tahun Masehi? Berikut ini saya tampilakan perbedaannya:
Tahun Hijriyah Tahun Masehi
Tahun Bulan (Qamariyah) Tahun Matahari (Syamsyiah)
Ditemukan oleh Orang Arab Ditemukan oleh Orang Romawi
Unsur Nama-nama bulan berasal dari perilaku masyarakat Arab Pra-Islam + penegasan Al-Qur’an Unsur Nama-nama bulan mengabadikan nama Kaisar
Jumlah hari dalam bulan 29/30 Jumlah hari dalam bulan 28,29,30 / 31
Kalender Hijriyah diawali dengan terbenamnya matahari Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam.
Hari diawali dengan Ahad (satu) Hari diawali dengan senin
Sangat miris apabila kita melihat pergantian tahun baru di isi dengan kegiatan yang sia-sia sebagaimana yang terjadi pada pergantian tahun baru Masehi. Kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut pergantian tahun baru masehi di sekitar penulis adalah sebagai berikut:
- Adanya hiburan hingga tengah malam (konser musik)
- Rela Semalaman suntuk berada di pantai sambil bawa pasangan bukan muhrim
- Meniup terompet, menyalakan kembang api. dll
Bagaimana sikap kita dalam pergantian tahun apakah itu tahun masehi maupun hijriyah? perlu adanya pemahaman bahwa proses pergantian waktu merupakan proses kehidupan yang mesti berlaku. Sebagai seorang muslim tentu meyakini bahwa kehidupan tidak berhenti di dunia saja sebagai tempat ladang bekal kehidupan dana akan dilanjutkan ke alam seterusnya yaitu akhirat yang lebih kekal. Sikap kita adalah dengan momentum itu sebaiknya kita berupaya mengintropeksi diri tentang ilmu, amal, dan ibadah Sehingga kehidupan kita lebih bermakna


Kesimpulan:
lahirnya istilah tahun hijriyah dan tahun masehi kini secara umum tidak relevan lagi untuk diperdebatkan. Namun yang terpenting adalah perlu adanya pemahaman tentang kondisi masyarakat kian hari makin arogan maupun pragmatis yang menjadi sentral persoalan yang mesti dicarikan solusinya.
Bahwa sesungguhnya sejarah lahirnya tahun hijriyah tersirat banyak hikmah yang perlu kita ambil pembelajaran sebagai acuan untuk lebih memotivasi meningkatkan ilmu, amal dan ibadah. Di samping itu pula turunnya wahyu Tuhan di tanah Arab tersebut memberikan dampak yang luar biasa dalam proses penyebaran risalah melalui para Nabiyullah. Walaupun Nama-nama dalam bulan hijriyah diambil dari perilaku masyarakat Arab pra-Islam setelah Islam datang hal itu diperkuat dengan risalah Rasullullah SAW. sebut saja penanggalan 1 Muharram di ambil dari Hijrahnya Rasulullah saw. Sangat disayangkan apabila generasi muda muslim tidak mengenali dan memahami perjuangan para pejuang muslim pada masa lampu. Sedangkan tahun Masehi jika ditilik sejarahnya unsur nama-nama bulannya banyak diambil dari mitologi romawi kuno. Penanggalan 1 Januari bercerita tentang persembahan raja romawi kepada penyembah berhala. Nama bulan yang diambil dari tahun masehi memang banyak mengandung unsur persembahan. Jika dilihat dari kacamata Islam itu sangat bertentang, persembahan itu hanya berlaku satu Tuhan yaitu Allah.
Terakhir, bahwa budaya hura-hura dalam menyambut tahun baru tak ada anjurannya sama sekali. semestinya di isi dengan muhasabah diri.
Jadi dikotomi tahun hijriyah dengan masehi, menurut pandangan penulis secara khusus tetap diperlukan yaitu tidak semestinya perayaan tahun baru di isi dengan kegiatan yang tidak bermakna.
Comments
0 Comments

No comments

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.