Header Ads

Tiga Keteladanan Nabi Muhammad SAW dan Hikmahnya

Sirah Nabi Muhammad SAW


Berbicara tentang masalah keteladanan, Rasulullah memang sangat pantas menjadi sosok idola yang bisa diteladani oleh setiap manusia dimanaoun berada, apa pun profesinya. Inilah kelebihan Rasulullah Saw karena Allah sendiri dengan jelas menyatakan dalam firman-Nya bahwa terdapat suri tauladan yang baik dalm diri Rasululla Saw. Siapa pun ada, jika ingin sukses dunia akhirat, contohlah Rasulullah, karena Rasulullah adalah diibaratkan sebagai Al Qur’an Hidup. Panduan Muslim memang Al Qur’an yang merupakan firman Allah, namun contoh penerapan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat dari kepribadian Rasulullah Saw. Allah swt berfirman:

Artinya:”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab:21)

Artinya:”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(QS.Al-Anbiya’:107)

dan Rasulullah saw bersabda: Aku diutus untuk menyempurnakan budi pakerti yang mulia” (H.R. Thabrani dari Jabir, dan Ahmad dari Mu’adz bin Jabal)

1. Keteladanan Sebagai Pribadi Muslim

Sebagai pribadi muslim banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebersihan dan keindahan tubuhnya secara islami. Dalam hubungannya dengan sesama manusia Nabi Muhammad saw senantiasa membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari kahlak tercela serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak . Bahkan Allah SWT telah memujinya dengan sebuah firman :

Artinya:”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(QS al-Qalam:4)

Sebagaimana dikutip Dalam (http://jaisyumuhammad.multiply.com/journal/item/7/Profil_Pribadi_Muslim) ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim yang sesuai dengan apa dicontohkan oleh Rasulullah saw sebagai berikut:

1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. 68:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain.
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).

2. Keteladanan Sebagai Pemimpin

Menurut Aa gym dalam (http://yuamar.wordpress.com/2009/03/01/keteladanan-seorang-pemimpin/) menyebutkan ada empat hal karakter seorang pemimpin apa yang telah dicontohkan Rasulullah, sebagai berikut:

a. Keteladanan dalam keyakinan kepada Allah.
Apabila seorang pemimpin kurang dekat dengan Allah, maka sikap dan kebijakannya pun akan kurang terarah dan memberikan kemanfaatan yang banyak bagi para pengikutnya. Seorang pemimpin yang taat kepada Allah, dia akan menjadikan segala kebijakannya berorientasi pada kemaslahatan umat dan menghindari dari segala hal yang kurang bermanfaat dan sia-sia.
b. Keteladanan dalam akhlak.
Rasul dan para sahabat telah mencontohkannya, bagaimana akhlak yang baik dan mulia, dapat membawa perubahan menuju arah yang baik. Dengan akhlak yang baik, hati seseorang dapat tersentuh, walaupun pada awalnya ia kurang suka. Seorang yahudi buta yang sangat membenci Rasulullah dapat masuk Islam , karena akhlak mulia Beliau. Tak pernah lupa, Beliau selalu menyuapi orang buta itu setiap hari, walaupun dicaci maki dan dihina setiap hari. Tapi Beliau terus sabar dan ikhlas, bahkan Nabi pun selalu mengelus punggung orang buta tadi, layaknya kepada seorang anak kecil.
c. Keteladanan dalam pengorbanan
Seorang pemimpin adalah orang yang harus lebih banyak berkorban dari pada pengikutnya. Dia mengorbankan waktunya, pikiranya, dan hartanya untuk kepentingan bersama. Dia bersedia untuk turun langsung membantu orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya sekedar mengarahkan dan menyuruh, tapi dia bersama-sama pengikutnya melakukannya.
d. Keteladan dalam memberikan solusi dari setiap permasalah.
Rasulullah pun selalu dapat memberikan solusi jika terdapat konflik atau masalah. Solusinya pun tepat sasaran. Bahkan Beliau dapat menyikapi perbedaan pendapat yang ada dalam pengikutnya dengan win-win solution.
Jika pemimpin dapat memberikan keteladan, insya Allah maka perubahan ke arah yang lebih baik dapat terjadi. Pemimpin itu ibarat sumber mata air di hulu. Bila di hulu airnya telah keruh, maka kebawahnya akan keruh juga. Jika dari sumbernya telah bersih dan jernih, makan kebawahnya pun Insya Allah akan bersih juga.
Oleh karena itu, jadilah kita pemimpin yang dapat memberikan keteladanan bagi lingkungan sekitar. Kita semua adalah pemimpin, maka kita harus dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain, dalam setiap sikap dan tutur kata kita. Jadilah kita seorang memiliki hati yang bersih denga berakhlak mulia.

3. Keteladanan Dalam Hidup Berumahtangga
Bagi orang-orang yang telah berkeluarga, maka Rasulullah teladan yang terbaik. Beliau tidak pernah berkata kasar kepada isteri dan anaknya. Adapun sikap Nabi dengan keluarganya sebagai berikut:
1. Bersikap Adil
Nabi Muhammad saw. sangat memperhatikan perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal, termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempat tinggal, nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke rumah istri-istri beliau yang lain.
2. Bermusyawarah Dengan Istrinya
Rasulullah saw mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada masa jahiliyah, sebelum datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya. Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak qawamah atau kepemimpinan keluarga, berada ditangan laki-laki. Allah swt berfirman:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Al Baqarah:228.
3. Lapang Dada Dan Penyayang
Istri-istri Rasulullah saw memberi masukan tentang suatu hal kepada Nabi, beliau menerima dan memberlakukan mereka dengan lembut. Beliau tidak pernah memukul salah seorang dari mereka sekali pun. Belum pernah terjadi demikian sebelum datangnya Islam.
4. Pelayan Bagi Keluarganya
Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Rasulullah saw bersabda: “Pelayanan Anda untuk istri Anda adalah sedekah.”
Adalah Rasulullah saw mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya”
5. Berhias Untuk Istrinya
Rasulullah saw mengetahu betul kebutuhan sorang wanita untuk berdandan di depan laki-lakinya, begitu juga laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah Rasulullah saw paling tampan, paling rapi di antara manusia lainnya. Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar berhias untuk istri-istri mereka dan menjaga kebersihan dan kerapihan. Rasulullah saw bersabda: “Cucilah baju kalian. Sisirlah rambut kalian. Rapilah, berhiaslah, bersihkanlah diri kalian. Karena Bani Isra’il tidak melaksanakan hal demikian, sehingga wanita-wanita mereka berzina.”
6. Bercanda Dengan Keluarganya
Rasulullah saw tidak tidak lupa bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau, meskipun tanggungjawab dan beban berat di pundaknya. Karena rehat, canda akan menyegarkan suasan hati, menggemberakan jiwa, memperbaharui semangat dan mengembalikan fitalitas fisik. Dari Aisyah ra berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah saw dalam suatu safar. Kami turun di suatu tempat. Beliau memanggil saya dan berkata: “Ayo adu lari” Aisyah berkata: Kami berdua adu lari dan saya pemenangnya. Pada kesempatan safar yang lain, Rasulullah saw mengajak lomba lari. Aisyah berkata: “Pada kali ini beliau mengalahkanku. Maka Rasulullah saw bersabda: “Kemenangan ini untuk membalas kekalahan sebelumnya.”

4. Hikmah Meneladani Nabi Muhammad Saw
o Nabi Muhammad saw senantiasa membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari kahlak tercela serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak.
o Nabi Muhammad saw senantiasa menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada orang-orang yang dipimpinnya.
o Nabi Muhammad saw selalu berusaha agar persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah) terwujud.
o Berusaha mengikis pengaruh kebendaan dari diri kaum muslimin.
o Beliau juga memelihara, mengasuh dan mendidik keluarganya dengan penuh tanggung jawab serta kasih sayang

sumber : spupe07.wordpress.com
Comments
0 Comments

No comments

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.