Header Ads

Hikayat Amir Hamzah


Pada zaman dahulu, ada seorang raja di sebuah negeri, Mada’in namanya . Raja itu bernama Kobat Syahril . Negeri itu sangat luas dan besar. Rajanya sangat baik hati, adil, bangsawan, selalu berbuat baik dan dermawan. Rajanya sangat dikasihi oleh semua menteri dan prajurit, semua rakyat negeri Mada’in itu sangat mengasihi raja itu. Tidak ada raja lain yang dapat melanggar perintahnya. Negara Arab itu takluk pada perintahnya.
Raja itu memilki empat puluh empat menteri, tujuh ratus tentara, dan dua ratus pahlawan yang gagah perkasa, dan sembilan ratus raja-raja yang memakai mahkota bertahtakan permata. Di hadapan raja itu sepuluh ribu prajurit memakai baju zirah, mengendarai kuda semberani, dan tiga puluh ribu budak memakai pakaian keemasan, berikat pinggang berhiaskan mutiara. Mereka selalu hormat kepada raja dan selalau hadir menghadap.

Adapun pemimpin menteri-menteri itu, Alkhis Menteri namanya, sangat hebat dalam hal ilmu perang. Dalam negeri itu tak ada seorang pun yang dapat menyamainya.
Di dalam negeri itu juga ada seorang menteri Islam, namanya Khoja Bakhti Jamal. Disebut demikian karena ia adalah anak cucu-cucu nabi-nabi.
Alkhis Meneteri dan Khoja Bakhti Jamal itu sangat akrab, layaknya saudara, mereka tak terpisahkan. Sebelum Alkhis Menteri bertemu dengan Khoja Bakhti Jamal, maka ia tidak mau menghadap raja.
Uatu hari, Alkhis Menteri berkunjung ke rumah Khoja Bakhti Jamal. Dilihatnya ta’ifah (bagian) romanya, lalu digerakkan kepalanya. Lalu kata Khoja Bakhti Jamal, “Hei, saudaraku, mengapa kau menggerakkan kepalamu ?”
Lalu sahut Alkhis Menteri, “Hei, saudaraku, kulihat pada ta’ifah romaku, bahwa empat puluh hari lagi akan ada satu bencana besar datang kepadamu. Bencana itu bisa sampai membunuhmu.”
Setelah mendengar hal tersebut, maka kata Khoja Bakhti Jamal, “Hei, saudaraku, apakah dari pembicaraanmu, kau bisa menolakkan masalah itu ? Katakan apa yang sekiranya dapat ku lakukan untuk membantumu.”
Maka kata Alkhis Menteri, “Hei, saudaraku, caranya adalah kau harus berkhalwat empat puluh hari, jangan keluar dari rumahmu, dan jangan berkata-kata dengan seorang pun.
Maka Alkhis Menteri pun pulang ke rumahnya. Maka Khoja Bakhti Jamal pun berkhalawatlah di rumahnya, duduk empat puluh hari. Maka ketika satu hari lagi untuk mencapai empat puluh hari, datanglah alkhais Menteri kepadanya dan berkata, “Hei, saudaraku, jagalah hatimu. Masalah besar itu telah lepas darimu sekarang, tinggal sehari lagi. Hei, saudaraku, berdirilah. Mari kita berjalan ke padang di dalam taman itu, bersemangatlah dan makanlah buah-buahan yang lezat itu.
Setelah mendengar kata Alkhis Menteri, maka Khoja Bakthi Jamal pun ikut. Keduanya kemudian pergi berjalan-jalan berpegangan tangan, keluar melihat taman itu. Setelah dekat jalan itu, Khoja Bakhti Jamal pun ingin buang hajat, lalu ia berkata kepada Alkhais Menteri, “Hei saudaraku, tunggulah di sini sebentar, aku ingin buang hajat.”
Alkhis Menteri pun mengizinkannya. Maka Khoja Bakhti Jamal pun pergi menuju ke pintu mauk taman itu. Maka ia pun kadha hajatlah. Setelah selesai, ia mengambil sebutir batu. Maka dilihatnyalah di bawah batu itu ada lubang bekas diikat orang dengan batu yang dipegangnya. Batu-batu itu sangat indah dan halus sekali.
Maka Khoja Bakhti Jamal pun masuk ke dalam lubang itu, dilihatnyalah dalam lubang itu ada suatu pintu. Di balik pintu itu ada sebuah bilik yang diikat dengan batu. Di dalam bilik itu dilihatnya sebuah tempat yang berisi empat puluh buah temapayan, penuh dengan emas.
Setelah melihat betapa banyaknya emas itu, Khoja Bakhti Jamal pun berfikir di dalam hatinya, “Mungkin harta ini adalah harta baitulmal, apa gunanya ? Lebih baik aku memberi tahu Alkhis Menteri, agar harta ini dapat dibagikan kepada fakir miskin.
Setelah berfikir demikian, maka Khoja Bakhti Jamal pun memberi tahu Alkhis Menteri, katanya, “Hei, saudaraku Alhis Menteri, tadi saya menemukan empat puluh tempayan yang berisi emas yang sangat banyak.
Maka sahut Alkhis Menteri, “Hei, saudaraku, dimana tempat itu ? Tunjukkanlah padaku, agar aku tahu.”
Maka Khoja Bakhti Jamal pun membawa Alkhis Menteri ke tempat itu. Alkhis melihat betapa banyaknya eams itu, maka ia pun merasa sangat senang dan mukanya pun berseri-seri. Ia pun berfikir, “Harta ini banyak sekali, jika aku ambil, maka Khoja Bakhti Jamal pun akan tahu. Lebih baik aku membunuhnya saja di sini, supaya harta ini dapat menjadi milikku seutuhnya dan tidak akan habislah harta ini untuk keturunanku.
Setelah berfikir demikian, maka ia pun menangkap Khoja Bakhti Jamal. Maka terjatuhlah Khoja Bakhti Jamal, lalu dipegang Alkhis Menteri ke atas dadanya sambil menghunus pedang, dan diacungkan ke leher Khoja Bakhti Jamal.
Maka kata Khoja Bakhti Jamal, “Hei, sahabatku, inilah pekerjaan yang sia-sia, tidak tepat, dan tidak setia. Pekerjaan apa ini ?”
Jawab Alkhis Menteri, “Hei, sahabatku, inilah pekerjaanku, akan membunuh engkau, agar rahasia ini tidak terbongkar.”
Maka kata Khoja Bakhti Jamal, “Demi Tuhan, rahasia ini tidak akan kukatakan kepada siapapun.” Namun Alkhis Menteri tidak menghiraukannya. Maka kata Khoja Bakhti Jamal lagi, “Hei, sahabatku. Engkau adalah sahabat terbaik dari semua sahabat-sahabatku. Aku tidak akan membongkar rahasiamu.” Setelah mengatakan itu, maka Khoja Bakhti Jamal pun yakin bahwa Alkhis Menteri tidak sungguh-sungguh akan membunuhnya.
Maka kata Khoja Bakhti Jamal, “Hei, sahabatku, aku telah mengetahui maumu yang ingin membunuhku. Aku ikhlas. Tapi ada satu pesan yang ingin kusampaikan dan pesan ini jangan sampai diketahui oleh raja.”
Sahut Alkhis Menteri, “Apa pesanmu itu ? Katakanlah kepadaku, agar aku dapat mempertimbangkan niatku.
Maka kata Khoja Bakhti Jamal, “Sekarang istriku sedang hamil dirumah. Aku meninggalkannya karena aku akan berlayar dari negeri yang fana ke nageri yang baka. Biarlah Tuhan yang menjaganya, Karena Ia yang paling berkuasa, dan katakana kepadanya bahwa aku telah ditolong oleh seorang saudagar dan dibawa ke negeri Khuaran. Sekarang ia sudah pergi. Ini seribu dinar emas dikirimkan padaku, untuk diberikan kepadamu. Pesanku lagi, jika anak yang lahir nanti adalah lelaki, suruh ia menamainya Khoja Buzurjumhur Hakim, dan suruh ia merawatnya baik-baik. Tetapi jika anak itu perempuan, terserahlah padanya.
Pesan tersebut pun diingat dan disimpannya baik-baik. Setelah itu, dibunuhnyalah Khoja Bakhti Jamal.
Setelah membunuhnya, ia pun melakukan pesan Khoja Bakhti Jamal. Diberikannya seribu dinar emas kepada istri Khoja Bakhti Jamal. Semua pesan itu pun disampaikannya. Maka senanglah istri Khoja Bakhti Jamal.
Maka Alkhis Menteri pun pulang ke rumahnya lalu memanggil pembantunya. Disuruhnyalah mereka membuat pagar yang kokoh dan gagah. Setelah itu, Alkhis Menteri pun mendirikan sebuah istana di atas taman harta (emas) itu. Di sekeliling istana itu ditanamnya berbagai jenis pohon kayu. Maka Alkhis Menteri pun sering mengadakan pesta bersama para prajuritnya.

1 comment:

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.