Header Ads

Kerangka berpikir rasional & berpikir tradisional


Kerangka berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu:
 Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut dalam al-Quran dan Hadits Nabi, yaitu ayat yang naqli.
Dengan adanya dogma tersebut membuat para pemikir rasional menjadikan poko ajaran utama karena sudah tertulis.
 Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta berkehendak serta memberikan daya yang kuat kepada akal.

Fokus dalam prinsip berpikir rasional adalah lebih dominannya peran akal sehingga harus lebih ekstra keras berupaya untuk memahamkan suatu ajaran atau konsep kepada orang lain.
Jadi Dominannya aspek rasionalisme dalam ilmu kalam akhirnya menjadikan pemikiran ini jatuh ke wilayah pemikiran metafisika yang lebih bersifat spekulatif dan melampaui batas-batas kemampuan dan daya serap pikiran manusia biasa.
Sedangkan kerangka berpikir tradisional mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti dzanni.
Dengan adanya teks agama tersebut membuat suatu pemahaman menjadi tidak pasti, hasil pemikiran menjadi dzanni, tidak mutlak
 Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat
Jelas
 Memberikan daya yang kecil kepada akal (tidak memberikan kebebasan dalam berpikir).
Dari paparan dua bentuk kerangka berpikir dalam ilmu kalam di atas dapat disimpulkan bahwa Semua aliran dalam pemikiran kalam berpegang kepada wahyu sebagai sumber pokok. Dalam hal ini, perbedaan yang muncul hanyalah bersifat interpretasi mengenai teks ayat-ayat Alqur’an maupun Hadis. Perbedaan dalam interpretasi, seperti yang dikatakan itu, menimbulkan aliran-aliran yang tidak sama.Di antara para teolog ada yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat untuk memberi interpretasi yang bebas tentang teks Alqur’an dan hadis nabi sehingga dengan demikian timbullah aliran teologi yang dipandang liberal dalam Islam, yaitu Mu’tazilah. Di pihak lain, terdapat pula sekelompok teolog yang melihat bahwa akal tidak mampu untuk memberikan interpretasi terhadap teks Alqur’an, seandainyapun dianggap mampu resiko kesalahannya lebih besar daripada kebenaran yang akan didapatkan. Kendatipun justru fakta ini yang didapatkan, namun semua sepakat bahwa sumber kebenaran itu hanyalah wahyu Tuhan itu.
Comments
0 Comments

No comments

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.