Header Ads

Sekolah Negeri vs Sekolah Swasta

Zonependidikan, awal dari insiprasi saat ada seorang teman datang ke rumah untuk ngeprint. Disela-sela membuka dan mengedit dokumen yang hendak di-print penulis sambil ngobrol dengan teman itu. Rupaya dokumen nya adalah soal mid semester. Kebetulan ia mengajar di sekolah yayasan alias swasta tersebut. Ketika penulis bertanya berapa banyak siswa yang diajarnya. Dengan kurang pede ia menjawab, hanya sedikit. Penulis langsung menyela, emang berapa banyak. Hanya 25 orang ungkap teman saya itu. Penulis hanya geleng-geleng kepala. Padahal letak sekolah di jalan utama kota Pontianak. Bahkan antara sekolah itu bedempetan dengan sekolah negeri yaitu MAN dan SMK. Sedangkan sekolah tersebut merupkan sekolah swasta dengan jenjang pendidikan SMA. Hal tersebut senada dengan beberapa tahun yang lalu penulis PPL di salah satu sekolah dengan jenjang MA dengan jumlah peserta didik dengan jumlah kelas normal, 10,11,12 dengan total lebih kurang 50 kebawah.
Demikianlah, paparan uraian singkat atas fakta yang terjadi. Perbedaan antara sekolah Negeri dan swasta seolah ada jurang yang membatasinya. Walaupun demikian ada pula sekolah swasta yang juga memiliki kualitas dan kuantitas yang mumpuni. Namun sebagian lagi sekolah swasta begitu miris jika melihat kuantitas apalagi untuk melihat kuantitasnya. Sekolah swasta yang penulis ketahuai rata-rata bernaung kepada yayasan. Jadi suatu yayasan membetuk lembaga pendidikan tertentu. Namun sayang semakin menjamurnya sekolah negerinya seakan mengusur sekolah yang dibentuk oleh yayasan yang notabenya dana lebih banyak disupport oleh peserta didik. Sedangkan sekolah negeri sudah dibeking oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah. Siapa yang harus disalahkan? Hmmm…jika penulis melihat fenomena di atas khususnya sekolah swasta yang seolah-olah di nomor 2 kan oleh pemerintah. Boleh jadi mereka beralasan karena sudah ada yayasan. Beberapa tahun ini memang sudah ada kebijakan dari pemerintah terkait dengan kebijakan seolah negeri dan swasta terutama baik itu terkait akomodasi dana bahkan sekarang ada sekolah tanpa dipungut biaya alias gratis. Baiklah kalau masalah dana berarti sudah selesai masalahnya. Yang menjadi pertanyaan apakah permasalahan utamanya adalah dana? Tentu jawabnya menurut penulis tidaklah demikian. Selain itu juga apapun kebijakan yang dibuat pemerintah tak akan siginifikan kalau hanya alasan dana dan sekolah gratis. Sebab pelayanan kepada masyarakat atau publik terkait dengan kualitas itu sangat perlu. Sehingga kelak peserta didik yang masuk di lembaga baik itu di negeri maupun swasta dapat mengatasi probematika nyata yang ada di lingkunganya. Sangat miris bukan yang katanya sudah pernah mengeyam di lembaga pendidikan tertentu harus dikalikan nol gara-gara tak terpakai atau malah berbuat onar yang tak jelas. Baru-baru ini ada kasus tawuran yang menewaskan seorang pelajar. Apakah ini hasil dari pendidikan? Memang tidak sepenuhnya disalahkan total kepada lembaga sekolah. Perlu adanya juga support dari berbagai lini yang terutama keluarga dan masyarakat. Untuk menghasilkan benih yang kualitas baik, ,tentu perlu proses. Nah bagaimana hasil baik, kalau sarana dan prasana tidak menunjang ke arah perbaikan. Bahkan sebalikanya terlihat salah satunya adalah pengajaran yang MEMBOSANKAN. Jadi persaingan antar sekolah negeri dengan sekolah swasta bukan menjadi tema pokok. Akan tetapi bagaimana fungsi sekolah negeri dan swasta mampu berkontribusi positif bagi bagi berbagai lini kehidupan. Bukan menjadikan sekolah sebagai ajang memasang proyek massal. Semoga dengan tulisan pendek bisa memberikan inspirasi.(SF)

1 comment:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.