Header Ads

PERADABAN NASRANI

Pendudukan oleh bangsa Israel, terkesan menjadi momok yang menakutkan di mata dunia, terutama bagi penganut agama yang berasal dari tanah Arab. Namun, apakah semenakutkan itu? Tanpa memihak salah satu bangsa, bisakah kita melihat realita sejarah yang ada dan yang telah berlangsung hingga saat ini?
Jika ditelusuri dari riwayat peradaban, peperangan di kawasan antara Mesir, Yordan dan Siria kita dapat melihat lebih dari sisi lain sisi kelam peradaban dunia ini. Tanah perjanjian, yang telah menjadi tanah kelahiran agama-agama yang menjadi mayoritas dalam kehidupan dunia ini (Nasrani, Yahudi, dan Islam), menyimpan banyak khazanah rona dunia yang mengukir peradaban-peradaban yang bermunculan.
Sejarah dimulai ketika muncul peradaban bangsa Sumeria yang terletak di antara tepi sungai Tigris dan Eufrat di wilayah yang sekarang bernama Irak. Di sana, tertata pusat pemerintahan yang rapih beserta dengan kompleksitas hidup rakyatnya. Di sebelah barat yang berbatasan dengan Mesir dan Laut Mediterania, hiduplah bangsa Semit (pengguna bahasa-bahasa yang berhubungan dengan bahasa Arab). Bangsa ini juga sudah membaur dengan peradaban Sumeria, hingga pada satu waktu (sekitar 2370 SM) seorang pejabat muda dari bangsa Semit menguasai Sumeria yang mulai melemah. Namanya, Sargon dari Argade. Setelah Sargon wafat, negeri itu terus dirudung pemberontakan dan pendudukan oleh bangsa Semit lainnya.
Bangsa Semit, yang memang menjadi bangsa yang telah mendiami daerah Kanaan (sekarang adalah kawasan konflik Israel dan Palestina) memiliki andil dalam perubahan mendasar dari peradaban yang ada di dunia. Mereka mulai menjelajahi Mesir, tentu kita masih ingat dengan hikayat Musa yang memimpin kaum Yahudi untuk kembali ke tanah perjanjian. Dimulai dari eksodus Musa ke tanah perjanjian, bangsa Semit dari golongan Yahudi, mulai menguasai tanah Kanaan dan membangun kerajaan yang di mana Sulaiman dan Daud pernah menjadi penguasa di daerah tersebut. Kemudian pengaruh mereka mulai meredup seiring invasi bangsa Assyria (sekitar 722 SM) dan kemudian oleh bangsa Babilonia (597 SM). Ibukota Israel, Samaria dianeksasi dan penghuninya diasingkan dari daerah itu. Sejak itu, bangsa Semit bersuku Israel (Yahudi) hilang ditelan peradaban dunia. Mereka membaur ke segala penjuru, dari yang ke tanah Arab hingga ke daratan Eropa.
Geliat kaum Yahudi mulai terlihat ketika Kaisar Augustus Romawi. Sang kaisar mempercayakan Yerusalem kepada Herodes (37 SM). Dari zaman ini mulailah sedikit perselisihan antara Roma, Yahudi, dan Nasrani. Perselisihan ini berujung penyaliban Yesus dan penindasan orang Yahudi oleh kaum Nasrani yang mulai mengambil hati orang Roma.
Daerah Kanaan yang telah direbut oleh bangsa Semit golongan Yahudi, telah menjadi saksi sejarah peradaban yang panjang. Tanah perjanjian bagi kaum Semit Yahudi, tanah kelahiran Yesus si Nasrani dan tanah suci Betlehem (Baitul Laham) bagi kaum Semit Arab (Muslim).
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah, mengapa perseteruan di Israel ini seakan tak kunjung berakhir? Kaum Nasrani pun sudah tak terlihat ikut terlibat dalam perseteruan tiada akhir ini? Mengapa kaum Islam dan Yahudi masih tetap berkutat dalam perang berdarah ini. Siapakah pemilik dari sepotong wilayah di tepi laut mediterania itu? Lalu mengapa kita seakan menjadi seakan peduli dengan kisah mereka, namun sayang, peduli itu seakan berat sebelah. Mungkin sentimen agama yang kita bawa mempengaruhi penilaian ini. Di berbagai berita, kita sering melihat tentara Israel yang membombardir habis pemukiman-pemukiman Palestina. Lengkap dengan sorotan-sorotan korban-korbannya yang bergelimpangan. Banyak istri menangisi suaminya, ibu menangisi anaknya, dan anak menangisi bapaknya. Namun apakah kita pernah berfikir bagaimana seorang ibu Israel menangisi anaknya ketika pembom bunuh diri menyerang pusat perkotaan di jantung kota Israel? Apakah kita pernah membayangkan seorang anak Israel yang akan terabaikan masa bahagianya dengan ayah ibunya ketika seorang yang mengaku mengatasnamakan agama dengan cinta kasih merenggut mereka dengan barisan bom bunuh diri itu?
Bangsa Yahudi memang menduduki sebidang tanah yang sebelumnya telah didiami oleh bangsa Palestina. Namun jika kita kembali ke awal sejarah tanah tersebut, maka memang pada awalnya tanah tersebut adalah wilayah Yahudi yang mereka dapatkan dari kaum Kanaan. Hingga pada akhirnya mereka terusir oleh bangsa-bangsa lain dan perselisihan diantara mereka sendiri.
Kini, tanpa memandang dari sisi agama yang mengutuk kaum Yahudi tersebut, apakah etis jika di jaman modern ini masih berlaku kekerasan untuk mendapatkan sesuatu yang kita sendiri pun tidak tahu siapakah yang berhak memilikinya? Tak ada ruangkah untuk saling berbagi, saling berdampingan secara damai? Apakah kekerasan harus dibalas dengan kekerasan, jika masih ada agama yang mengaku cinta kasih masih menghalalkan hal tersebut, siapakah yang paling benar saat ini?

Comments
0 Comments

No comments

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.