Header Ads

Emansipasi wanita “Wanita di Tengah Era Globalisasi”

Seorang anak dibesarkan dalam kondisi yang sama, terkadang kita tidak menyadai perbedaan antara perempuan dan pria. Pertama kali kita lahir, kita benar-benar tidak tahu bahwa kita ini berbeda, kita hanya menangis keras karena kita lapar (itulah yang bayi lakukan) yang kita sadari bahkan kita ini sama-sama insan yang dilahirkan.
Benar bila ada yang mengatakan bahwa bayi itu terlahir layaknya kertas putih bersih.. hingga tergantung bagaimana lingkungan dan keluarga menentukan warna dan gambar yang ada di kertas tersebut.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita seharusnya lebih terbuka dalam menerima segala perbedaan yang ada. Perbedaan gender, suku, agama ataupun ras. seharusnya tidak perlu lagi menjadi suatu topik yang essensial. justru kita harus menekankan pada apa yang dapat kita kontribusikan kepada bangsa dan negara ini. Menjadikan INdonesia menjadi negara yang patut bersaing dengan negara-negara lain, patut disejajarkan dengan negara manapun. Untuk membangun itu semua, tentunya membutuhkan dukungan dan kontribusi dari segala pihak, baik kaum muda, kaum muda, wanita maupun pria.

• Lalu mengapa masih ada yang membelenggu wanitanya hanya untuk diam di rumah, dan bekerja di rumah saja?
• Mengapa masih ada pria yang memborgol wanitanya dengan borgor emas?
• Kenapa masih banyak wanita yang malas berjuang?
• Mengapa masih banyak orang yang menentang wanita untuk menjadi pemimpin?
• Mengapa masih ada yang mencemooh keperfectionisan wanita?
Bukankah tanpa adanya wanita yang hebat, tidak akan tercipta laki-laki yang hebat, anak-anak yang cerdas, dan insan yang berprestasi??
hm,… ironis rasanya melihat realita yang ada di masyarakat, masih banyaknya orang yang meng-underestimated kemampuan wanita, menomor duakan wanita,tidak memberikan kesempatan kepada wanita untuk melangkah lebih maju lagi.
Mengapa bila anda benar-benar mencintai wanita anda, anda tidak memberikan dia kesempatan untuk mengembangkan dirinya, memberikan kesempatan baginya untuk belajar, kesempatan untuk berprestasi dan berdedikasi??

Jadi pertanyannya, siapkah anda sebagai laki-laki nantinya bila melihat istri anda, pulang lebih malam? menghibur istri anda ketika sedang stess? merelakan istri anda lebih terkenal dibandingkan anda? atau simpelnya,, relakah anda bila anda dipimpin oleh seorang wanita? diperintah oleh wanita? apakah ego anda terganggu?
Karena nantinya,, 2011 mendatang, dunia membutuhkan orang-orang yang berdedikasi tinggi untuk mengubah dunia, menggerakkan dunia, menuju ke arah kebaikan. dan ini tentunya membutuhkan peran serta setiap orang termasuk wanita maupun pria, cina, kaukasoid, asiatic, melayu, atau bahkan etnis, ras dan agama apapun, untuk menyatukan visi bersama menuju dunia yang jauh lebih baik lagi.
Di era ini, wanita mempunyai hak yang sama dengan pria. Wanita bebas mengekspresikan idealismenya tanpa ada embel-embel gender. Kini wanita dapat melakukan pekerjaan pria seperti pada pertambangan, menjadi sopir dan kernek bus sekalipun. Seorang wanita pada zaman ini dituntut tidak hanya bisa melakukan pekerjaan rumah tanggga seperti memasak dan mengurus anak tetapi juga harus eksis dalam kehidupan kariernya. Wanita di tuntut untuk dapat memanage perannya sebagai istri, ibu dan profesional.
Mempunyai kehidupan yang seimbang antara rumah tangga dan kariernya, sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Berbeda dengan laki-laki dimana dalam kehidupan rumah tangga, pria hanya dituntut dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Wanita dituntut lebih kompleks. Banyak juga wanita yang menjadi single parent dimana ia berperan menjadi ayah dan ibu sekaligus.
Wanita dituntut untuk ulet dan tegar dalam mencari uang dalam mencari uang tapi juga dituntut untuk berbelas kasih dan penuh kasih sayang dalam kehidupan rumah tangganya. Lagi-lagi sya katakana, sungguh bukan pekerjaan yang mudah.
Tuntutan peran wanita pada era globalisasi ini kian bertambah saja. Keuangan pun menjadi tanggung jawab wanita. Tak jarang terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya dikarenakan suaminya itu tidak mempunyai uang dan memaksa sang istri untuk menyerahkan hasil jerih payah kerjanya yang akan dipergunakan untuk makan anak-anaknya. Sungguh ironis!!. Karena dalam hal keuangan, tidak seharusnya suami sampai meminta terhadap istrinya.
Pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seharusnya menjadi tanggung jawab suami. Tapi kini tak sedikit pria yang telah mengingkari perannya sebagai ayah. Peran ayah akhirnya diganti dengan sosok wanita yang dituntut mempunyai peran ganda, sebagai ayah dan ibu bagi anaknya, sebagai istri bagi suaminya dan seorang profesional bagi kehidupan kariernya.

1 comment:

  1. saya ingin tanya, pantaskah jika saya memiliki rasa iri pada teman saya yang memiliki fasilitas lebih?? (cth: hp lebih canggih dari saya,, uang saku lebih dari saya, dll) tetapi pendapatan orang tua saya lebih banyak dibandingkan orangtua dia. padahal dalam hal pendidikan juga saya selalu mendapat peringkat baikk dibandingkan dia, orang tua saya biasa aja, gak pernah punya niatan untuk memberikan fasilitas lebih pada saya. saya harus bagaimana? terimakasih #mohon jawabanya aulianadiasari@gmail.com

    ReplyDelete

Budayakan terima kasih dan mengisi komentar! Atau sekedar review? Silahkan tinggalkan komentar, review maupun request anda!

Powered by Blogger.